Sulawesi
Tengah kaya budaya dan sejarah. Awal abad ke-13, banyak kerjaan kecil di tempat
ini, di antaranya Banawa, Tawaeli, Sigi, Bangga dan Banggai. Abad ke-16,
kerajaan bercorak Islam mendominasi kerajaan-kerajaan ini, seperti Bone dan
Wajo yang kemudian menyebarkan pengaruhnya ke kerajaan lain.
Belanda datang abad ke-17 dan mencoba mengambil alih tempat ini. Pada abad ke-18 Belanda mengkontrol Sulawesi Tenggara hingga tiba kedatangan Jepang. Setelah Perang Dunia II, Belanda mencoba menciptakan negara boneka tetapi penduduk setempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya tempat ini menjadi bagian Republik Indonesia tahun 1950 dan menjadi provinsi terpisah tahun 1964.
Belanda datang abad ke-17 dan mencoba mengambil alih tempat ini. Pada abad ke-18 Belanda mengkontrol Sulawesi Tenggara hingga tiba kedatangan Jepang. Setelah Perang Dunia II, Belanda mencoba menciptakan negara boneka tetapi penduduk setempat melakukan perlawanan, hingga akhirnya tempat ini menjadi bagian Republik Indonesia tahun 1950 dan menjadi provinsi terpisah tahun 1964.
Mata pencaharian
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian
penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman
perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam
kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara
daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti
suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan
bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai
barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian.
Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para
pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang
berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal
dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi,
kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara
penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu
tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk
lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama
pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
Provinsi ini
memiliki banyak hal untuk di tawarkan. Wilayah ini memiliki potensi wisata yang
beragam, baik wisata alam, wisata bahari, agrowisata, maupun wisata budaya.
Anda dapat
menikmati pemandangan alam dengan setting pegunungan, hutan wisata, taman
nasional, batuan megalitik, tempat-tempat yang memiliki latar belakang sejarah,
serta keanekaragaman tradisi, seni, dan budaya lokal yang unik dan menarik.
Anda juga
bisa menemukan batu granit purba, tradisi kehidupan penduduk yang tidak
berubah, pegunungan yang berlumut, laut biru yang tenang, serta sungai panjang
yang bisa digunakan untuk arum jeram.
Jangan
lewatkan snorkeling dan menyelam di antara terumbu karang. Anda akan menemukan
pulau-pulau indah tak berpenghuni dikelilingi oleh pantai pasir putih dan suara
alam menggetarkan di cagar alam nasional.
Sulawesi
memiliki flora dan fauna tersendiri, seperti pohon ebony yang mahal, pohon
jati, rotan, pohon bayan serta bunga anggrek hitam yang tersohor. Ada juga
fauna khas pulau ini yaitu anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu
sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi,
kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang
berkantung, serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Inilah
tempat untuk Anda berpetualang, trekking, arung jeram, dan mengamati
burung. Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu
agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan
(spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan
pengkajian ilmiah dan dapat Anda kunjungi di suaka alam seperti Taman Nasional
Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api, dan terakhir adalah
Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Garis
khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat
iklim daerah ini tropis. Akan tetapi, berbeda dengan Jawa dan Bali serta
sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan
September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah
hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah
hujan terendah di Indonesia.
Transportasi
Ada banyak
penerbangan domestik yang terbang langsung dari Jakarta, Bali, Surabaya,
Makasar, dan Balikpapan. Sulawesi Tengah dapat dicapai dengan mengunakan bus
dari Toraja, Sulawesi Selatan selama 14 jam dan 18 jam meggunakan bus dari
Bunaken Sulawesi Utara.
Masyarakat
dan Budaya
Sulawesi
Tengah dengan ibu kota Palu terdiri dari beberapa suku yang masih
mempertahankan tradisi dan adat mereka.
Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu kemudian datang dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman perunggu dan megalitikum dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang mendominasi adalah Palu Toraja, Koro Toraja dan Poso Toraja.
Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu kemudian datang dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman perunggu dan megalitikum dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang mendominasi adalah Palu Toraja, Koro Toraja dan Poso Toraja.
Kuliner
Cobalah sugili,
nama lokal untuk belut. Anda dapat membelinya di pasar dan memasaknya sesuai
dengan keinginan. Namun, akan lebih mudah jika Anda pergi ke restoran dan
warung makan setempat, kemudian memesan hidangan belut. Pisang molen, kue yang
diisi dengan pisang kemudian digoreng atau dipanggang, rasanya enak untuk Anda
cicipi.
Kaledo atau daging sapi dan sup tulang sumsum juga patut Anda coba. Ingatlah bahwa makanan tersebut menggunakan cabe dan asam sehingga rasanya agak pedas dan asam. Sangat enak dimakan dengan burasa yang terbuat dari beras dan santan kemudian dikukus dalam daun pisang.
Kaledo atau daging sapi dan sup tulang sumsum juga patut Anda coba. Ingatlah bahwa makanan tersebut menggunakan cabe dan asam sehingga rasanya agak pedas dan asam. Sangat enak dimakan dengan burasa yang terbuat dari beras dan santan kemudian dikukus dalam daun pisang.
Provinsi ini memiliki banyak hal untuk di tawarkan.
Wilayah ini memiliki potensi wisata yang beragam, baik wisata alam, wisata
bahari, agrowisata, maupun wisata budaya.
Anda dapat menikmati pemandangan alam dengan setting
pegunungan, hutan wisata, taman nasional, batuan megalitik, tempat-tempat yang
memiliki latar belakang sejarah, serta keanekaragaman tradisi, seni, dan budaya
lokal yang unik dan menarik.
Anda juga bisa menemukan batu granit purba, tradisi
kehidupan penduduk yang tidak berubah, pegunungan yang berlumut, laut biru yang
tenang, serta sungai panjang yang bisa digunakan untuk arum jeram.
Jangan lewatkan snorkeling dan menyelam di antara
terumbu karang. Anda akan menemukan pulau-pulau indah tak berpenghuni
dikelilingi oleh pantai pasir putih dan suara alam menggetarkan di cagar alam
nasional.
Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri, seperti
pohon ebony yang mahal, pohon jati, rotan, pohon bayan serta bunga anggrek
hitam yang tersohor. Ada juga fauna khas pulau ini yaitu anoa yang mirip
kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya,
tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni
yang merupakan varitas binatang berkantung, serta burung maleo yang bertelur
pada pasir yang panas.
Inilah tempat untuk Anda berpetualang, trekking,
arung jeram, dan mengamati burung. Hutan Sulawesi juga memiliki ciri
tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang
didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna
merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah dan dapat Anda kunjungi di
suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam
Tanjung Api, dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian
utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi, berbeda
dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi
Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober
hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter
per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Transportasi
Ada banyak penerbangan domestik yang terbang langsung
dari Jakarta, Bali, Surabaya, Makasar, dan Balikpapan. Sulawesi Tengah dapat
dicapai dengan mengunakan bus dari Toraja, Sulawesi Selatan selama 14 jam dan
18 jam meggunakan bus dari Bunaken Sulawesi Utara.
Masyarakat dan Budaya
Sulawesi Tengah dengan ibu kota Palu terdiri dari
beberapa suku yang masih mempertahankan tradisi dan adat mereka.
Seperti daerah lain di Indonesia, peduduk pertama di Sulawesi
Tengah bercampur dengan ras wedoid dan negroid. Orang Melayu kemudian datang
dan mulai mendominasi tempat ini. Peninggalan zaman perunggu dan megalitikum
dapat ditemukan di sini. Saat ini ras yang mendominasi adalah Palu Toraja, Koro
Toraja dan Poso Toraja.
Kuliner
Cobalah sugili, nama lokal untuk belut. Anda
dapat membelinya di pasar dan memasaknya sesuai dengan keinginan. Namun, akan
lebih mudah jika Anda pergi ke restoran dan warung makan setempat, kemudian
memesan hidangan belut. Pisang molen, kue yang diisi dengan pisang kemudian
digoreng atau dipanggang, rasanya enak untuk Anda cicipi.
Kaledo atau daging sapi dan sup tulang sumsum juga
patut Anda coba. Ingatlah bahwa makanan tersebut menggunakan cabe dan
asam sehingga rasanya agak pedas dan asam. Sangat enak dimakan dengan burasa
yang terbuat dari beras dan santan kemudian dikukus dalam daun pisang.
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama
Islam. Tercatat 72.36% penduduknya memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama
Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu serta Budha. Islam disebarkan di Sulawesi
Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan
oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang
guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional.
Salah seorang cucunya yang bernama Salim
Assegaf Al Jufri menduduki
jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten
Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda, A.C Cruyt dan
Adrian.
Flora dan
Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah
Asia Oceania, dimana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna
Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora
dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis
maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan
faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace
seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri.
Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu
sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi,
kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang
berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri,
didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi
oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna
merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan
fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam
Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.